Apa yang dimaksud dengan Buddhadharma Keterlibatan Sosial?

06:23
Image%201%20%286%29

Buddhadharma keterlibatan sosial adalah gerakan kontemporer yang menerapkan ajaran dan laku Buddhadharma pada isu-isu sosial, politik, lingkungan, dan ekonomi. Berakar pada nilai-nilai welas asih, kebijaksanaan, dan ahimsa atau nirkekerasan, Buddhadharma keterlibatan sosial berusaha meringankan duka tidak hanya pada tingkat individu tetapi juga di seluruh masyarakat dan sistem global. 

Secara umum, agama Buddha sering disalahartikan sebagai agama yang terpisah dari masyarakat atau terlalu mistis. Akan tetapi, kita tahu dari kisah-kisah kehidupan Sang Buddha, bahwa perasaan welas asih yang mendalam terhadap orang-orang di sekitarnya - manusia dan hewan - yang mendorongnya untuk mencari jalan keluar dari duka bagi semua orang. Pendekatan keterlibatan sosial dalam laku Buddhadharma dengan demikian menyoroti keterkaitan antara perubahan pribadi dan perubahan masyarakat, menunjukkan bahwa kesejahteraan sejati, dan bahkan mungkin pencerahan, tidak dapat sepenuhnya diwujudkan secara terpisah dari tantangan-tantangan dunia.

Asal Mula Buddhadharma keterlibatan Sosial

Istilah "Socially Engaged Buddhism" (Buddhadharma Keterlibatan Sosial) dipopulerkan pada abad ke-20, terutama oleh guru Zen Vietnam Thich Nhat Hanh, yang menganjurkan penggunaan ajaran Buddha untuk memerangi isu-isu global yang mendesak, seperti perang, kerusakan lingkungan, dan ketidakadilan sosial. Yang melekat dalam ajaran-ajaran ini adalah gagasan bahwa pengentasan duka cita yang terjadi di Vietnam, yang membuat Thich Nhat Hanh tergerak untuk beraksi saat perang melanda Vietnam, meninggalkan isolasi biara untuk membantu para korban, tetapi akar dari gerakan ini dapat ditelusuri kembali ke ajaran-ajaran inti Buddha.

Ajaran Buddha, seperti empat kebenaran mulia yang mendasar dan jalan berunsur delapan, menekankan pentingnya welas asih dan keterkaitan satu sama lain. Yang melekat dalam ajaran-ajaran ini adalah gagasan bahwa pengentasan duka tidak terbatas pada makhluk individu tetapi harus meluas ke semua makhluk dan semua keadaan yang melanggengkan duka.

Sepanjang sejarah, komunitas Buddha sering terlibat dalam tindakan amal, perlawanan tanpa kekerasan, dan pekerjaan keadilan sosial, tetapi Buddhadharma Keterlibatan Sosial memformalkan aspek tradisi ini. Gerakan ini mengajak umat Buddha untuk secara aktif terlibat dengan struktur sosial, ekonomi, dan lingkungan yang menyumbang pada penderitaan kolektif.

Pengaruh Sulak Sivaraksa

Salah satu tokoh yang paling berpengaruh dalam gerakan Buddhadharma Keterlibatan Sosial adalah Sulak Sivaraksa, seorang cendekiawan, aktivis, dan kritikus sosial asal Thailand. Anda dapat membaca wawancara kami dengannya di sini. Sivaraksa telah menjadi pembela yang vokal dalam memadukan asas-asas Buddha dengan keadilan sosial, kesetaraan ekonomi, kelestarian lingkungan, dan reformasi politik - sangat vokal, pada kenyataannya, ia telah ditangkap berkali-kali dan bahkan dipaksa untuk mengasingkan diri. Dia telah berada di garis depan dalam upaya untuk menantang otoritarianisme, mempromosikan hak asasi manusia, dan mengatasi ketidaksetaraan struktural di Thailand dan secara global.

Aktivisme Sulak Sivaraksa berakar pada keyakinan bahwa ajaran Buddha dapat - dan memang seharusnya - diterapkan untuk mengatasi akar penyebab duka di masyarakat. Ia secara konsisten menyerukan tata kelola yang beretika, perlindungan lingkungan, dan keadilan ekonomi yang lebih besar. Beliau mendirikan International Network of Engaged Buddhists pada tahun 1989, menginspirasi ratusan ribu umat Buddha di seluruh dunia untuk melihat Buddhadharma bukan hanya sebagai jalan untuk pembebasan pribadi tetapi juga sebagai kekuatan untuk perubahan sosial.

Asas-asas Inti Buddhadharma Keterlibatan Sosial

Pada intinya, Buddhadharma Keterlibatan Sosial berusaha menerapkan ajaran Buddha yang tak lekang oleh waktu pada tantangan-tantangan modern. Gerakan ini dibangun di atas beberapa asas utama:

Saling keterkaitan

Buddha mengajarkan bahwa semua makhluk dan fenomena saling bergantung. Prinsip ini, yang dikenal sebagai pratītyasamutpāda, atau asal mula yang saling bergantung, berarti bahwa tidak ada individu yang ada secara terpisah. Buddhadharma Keterlibatan Sosial mendorong kita untuk menyadari bahwa duka sering kali merupakan hasil dari sistem sosial, ekonomi, dan lingkungan yang lebih luas. Oleh karena itu, mengatasi akar penyebab duka membutuhkan tindakan pada tingkat individu dan sistemik. Sebagai contoh, kerusakan lingkungan, kemiskinan, dan kekerasan tidak hanya merupakan masalah yang berdiri sendiri, tetapi juga sangat terkait dengan kebijakan global, perilaku konsumen pribadi, dan kesenjangan sosial. Dengan menyadari keterkaitan ini, kita dapat berupaya mengatasi masalah-masalah tersebut secara menyeluruh.

Welas Asih dalam Tindakan

Welas asih adalah elemen inti dari laku Buddha, dan Buddhadharma Keterlibatan Sosial menekankan penggunaan welas asih dalam cara-cara yang nyata. Welas asih tidak terbatas hanya pada empati atau pikiran yang baik - welas asih juga melibatkan upaya aktif untuk meringankan duka orang lain. Dalam praktiknya, hal ini dapat berarti terlibat dalam pekerjaan keadilan sosial, mendukung komunitas yang terpinggirkan, mengatasi perubahan iklim, atau mengadvokasi hak asasi manusia. Melalui tindakan welas asih, kita melihat bahwa tidak ada pertentangan antara mengupayakan pertumbuhan spiritual pribadi dan mengatasi duka masyarakat. Bahkan, keduanya adalah jalan yang saling menguatkan.

Nirkekerasan

Nirkekerasan adalah asas dasar lain dari Buddhadharma Keterlibatan Sosial, berdasarkan pada sila pertama dari lima sila awam untuk tidak menyakiti atau membunuh makhluk lain. Kekerasan hanya melanggengkan duka dan memperkuat siklus kebencian dan perpecahan, sehingga kita harus bertindak dengan kebaikan hati dan rasa hormat kepada semua makhluk dan menolak menyakiti dalam segala bentuk - baik secara fisik, verbal, maupun sistemik. Hal ini termasuk menentang perang, penindasan, dan segala bentuk ketidakadilan. Oleh karena itu, umat Buddha yang terlibat sering kali terlibat dalam aktivisme damai, mediasi, dan upaya rekonsiliasi.

Kehati-hatian dan Kesadaran

Buddhadharma Keterlibatan Sosial mendorong kita untuk menggunakan kehati-hatian (mindfulness) sebagai alat untuk menyadarkan diri akan kenyataan duka di dunia ini. Kehati-hatian membantu kita untuk tetap hadir, sadar akan tindakan kita sendiri, dan terbuka terhadap kebutuhan orang lain. Kehati-hatian juga membantu kita untuk merenungkan bagaimana pilihan gaya hidup, pola konsumsi, dan partisipasi kita dalam sistem masyarakat menyumbang pada duka atau kesejahteraan. Dengan kehati-hatian, kita dapat menjadi lebih sadar akan bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan dan karenanya memupuk pilihan-pilihan yang bertanggung jawab dan penuh welas asih.

Kesetaraan

Buddhadharma Keterlibatan Sosial menekankan pentingnya keadilan dan kesetaraan dalam struktur masyarakat. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa kita semua memiliki keinginan yang sama untuk mencapai kebahagiaan dan keinginan yang sama untuk menghindari duka. Di sini, kita dapat mengupayakan keadilan ekonomi, kesetaraan gender, keadilan rasial, dan perlindungan terhadap semua makhluk - baik manusia maupun hewan. Dengan menyadari bahwa ketidakadilan adalah sumber duka, kita dapat bekerja untuk membongkar sistem ketidaksetaraan dan mempromosikan keadilan dan welas asih di setiap tingkat.

Manfaat dari Buddhadharma Keterlibatan Sosial

Kedamaian Batin

Bayangkan bagaimana rasanya jika kita secara aktif terlibat dengan dunia dengan niat dan tindakan yang penuh welas asih. Hal ini secara alami mengarah pada rasa kepuasan pribadi dan kedamaian batin, di mana kita tahu bahwa apa pun yang kita lakukan bermanfaat bagi diri kita sendiri dan orang lain. Ketika kita tahu bahwa kita membuat perbedaan yang positif, terutama bagi mereka yang menderita, hal ini memberi kita rasa tujuan yang kuat, yang telah terbukti secara ilmiah membuat kita lebih bahagia.

Komunitas yang Lebih Kuat

Hampir semua dari kita ingin hidup dalam masyarakat yang bahagia dan rukun. Dengan bertindak dengan welas asih terhadap semua makhluk - siapa pun mereka dan apa pun status mereka di masyarakat - kita menciptakan komunitas yang lebih kuat, lebih bahagia, dan lebih inklusif. Ketika kebaikan hati dan rasa saling menghormati dibudidayakan di seluruh masyarakat, semua orang akan mendapatkan manfaatnya.

Pertumbuhan Spiritual

Keterlibatan sosial memperdalam laku spiritual kita dengan memungkinkan kita untuk membawa pengembangan welas asih kita keluar dari bantal meditasi dan masuk ke dunia yang lebih luas. Hal ini memungkinkan kita untuk mempraktikkan banyak hal yang ingin kita kembangkan, seperti kemurahan hati dengan waktu dan sumber daya kita, kesabaran terhadap orang-orang yang kita anggap sulit, dan toleransi terhadap pendapat yang berbeda. Bekerja dengan cara ini adalah cara yang sangat ampuh untuk menciptakan potensi positif dan membuka jalan menuju pencerahan.

Kesimpulan

Buddhadharma Keterlibatan Sosial adalah sebuah jalan yang menyerukan perpaduan penuh antara laku spiritual dan tindakan sosial. Ajaran ini mengajarkan bahwa welas asih sejati melampaui bantal meditasi, menjangkau dunia untuk mengatasi penyebab duka secara sistemik. Sebagai individu dan komunitas, kita saling terhubung. Kesejahteraan setiap orang terkait erat dengan kesejahteraan semua orang. Melalui tindakan yang penuh kehati-hatian, kedermawanan, nirkekerasan, dan komitmen terhadap keadilan, kita semua dapat berjuang untuk menciptakan dunia yang lebih welas asih, adil, dan damai bagi semua makhluk.

Top