Sumpah Bodhisatwa Kedua

Pendahuluan

Sumpah-sumpah tambahan bodhisattwa mencegah empat puluh enam tindakan tercela (nyes-byas). Tindakan-tindakan tercela ini dibagi ke dalam tujuh kelompok yang masing-masing merusak latihan kita dalam enam sikap yang menjangkau-jauh (pha-rol-tu phyin-pa, Skt. paramita, kesempurnaan-kesempurnaan) dan mengganggu kita dalam memberi manfaat bagi orang lain.

Enam sikap yang menjangkau-jauh itu adalah

  1. kemurahan hati
  2. sila
  3. kesabaran
  4. kegigihan (semangat yang positif)
  5. kemantapan batin (daya pemusatan)
  6. kesadaran pembeda (kebijaksanaan).

Meskipun tindakan-tindakan tercela itu bertentangan dan menghambat kemajuan kita menuju pencerahan, melakukannya, meskipun dengan empat unsur pengikat (kun-dkris bzhi) lengkap, tidak berarti menggugurkan sumpah Bodhisattwa kita. Namun, semakin tidak lengkap unsur-unsur itu, semakin sedikit kerusakan yang kita timbulkan bagi perkembangan rohani kita di jalan bodhisattwa. Jika kita melakukan salah satu tindakan tercela ini, kita harus mengakui kesalahan kita dan menerapkan kekuatan lawan, seperti dalam kasus sumpah-akar bodhisattwa.

Ada banyak rincian untuk memelajari empat puluh enam tindakan cela ini, dengan banyak pengecualian ketika tidak ada kesalahan dalam melakukannya. Namun, secara umum rusaknya perkembangan sikap-sikap yang menjangkau jauh dan rusaknya manfaat yang dapat kita berikan kepada orang lain tergantung pada dorongan di balik tindakan-tindakan tercela kita. Jika dorongan itu adalah tataran cita yang gelisah, seperti kemelekatan, kemarahan, kedengkian, atau keangkuhan, kerusakannya jauh lebih besar daripada jika tataran cita kita tidak kacau, meskipun tataran ini merusak, seperti ketidakpedulian, kemalasan, atau kelalaian. Dengan ketidakpedulian, kita tidak memiliki cukup keyakinan atau rasa hormat dalam melaksanakan latihan. Dengan kemalasan, kita mengabaikan laku kita karena kita merasa lebih senang dan lebih mudah untuk tidak melakukan apa-apa. Ketika kita kurang memiliki kewaspadaan, kita sepenuhnya lupa pada akad-bulat kita untuk membantu orang lain. Bagi banyak dari empat puluh enam tindakan itu, kita tidak bersalah jika kita punya niat untuk pada akhirnya menyingkirkan mereka dari perilaku kita, tapi sikap dan perasaan gelisah kita masih terlalu kuat untuk melatih pengendalian-diri yang cukup.

Penyajian di sini sesuai dengan yang diberikan oleh guru Gelug abad kelima belas Tsongkhapa dalam Penjelasan tentang Tertib-Diri yang Berbudi Pekerti Bodhisattwa: Jalan Utama menuju Pencerahan (Byang-chub sems-dpa'i tshul-khrims-kyi rnam-bshad byang-chub gzhung-lam).

Top