Tiga Unsur Utama Sang Jalan

02:50

Aku bersujud-sembah kepada para lamaku yang dipermuliakan dan tiada bercela.

(1) Aku akan mencoba menjelaskan, sebaik yang kumampu, makna hakiki dari semua pernyataan Mereka yang Berjaya sebagaimana tercatat di kitab suci, sang jalan yang dipuja oleh keturunan suci Mereka yang Berjaya, arung-arungan menuju kebebasan yang didamba oleh yang berbahagia.

(2) Dengarkanlah dengan (cita yang) jernih, Wahai engkau yang berbahagia, yang citanya bersandar pada sang jalan yang berkenan bagi Yang Berjaya sebab tiada melekat pada kesenangan keberadaan gandrung dan beriktikad untuk menjadikan kehidupanmu yang penuh jeda dan segala anasir pengayamu bermakna.

(3) Karena menggemari buah nikmat samudera keberadaan gandrung, tanpa penyerahan murni, bukanlah cara untuk (mencapai) kedamaian (kebebasan) – sesungguhnya, dengan mengidami segala yang dijumpa dalam keadaan gandrung, makhluk terbatas sepenuhnya terikat – maka pertama-tama, berjuanglah menuju penyerahan.

(4) Dengan membiasakan citamu untuk tidak menyia-nyiakan waktu sebab hidup yang penuh jeda dan pengaya itu begitu sukar ditemukan, berpalinglah dari keranjinganmu terhadap aneka kenampakan kehidupan ini. Dengan terus merenungkan perkara kelahiran kembali yang berulang dan bahwa (hukum) sebab dan akibat berperilaku tiada pernah keliru, berpalinglah dari keranjinganmu terhadap aneka kenampakan (kehidupan) selanjutnya.

(5) Bila, dengan membiasakan dirimu seperti ini, engkau tiada pernah membangkitkan, walau hanya sesaat, cita yang mengharapkan kemegahan samsara berulang, dan engkau mengembangkan sikap yang senantiasa, siang dan malam, menggemari kebebasan, saat itulah, engkau telah membangkitkan penyerahan.

(6) Tetapi karena penyerahan ini pun, jika tidak diusung dengan pengembangan tujuan bodhicita murni, tidak akan menjadi sebab bagi kemegahan dan kesukacitaan tataran (pencerahan) tiada tara yang termurnikan, mereka yang paham membangkitkan tujuan bodhicita yang unggul.

(7) Hanyut oleh arus empat sungai yang beringas, terikat erat oleh belenggu karma, sukar untuk melawan, terhempas ke lubang jala besi genggaman jati diri sejati, diliputi kekelaman pekat kegelapan ketaksadaran,

(8) Tak henti-hentinya disiksa tiga jenis duka, kehidupan demi kehidupan dalam keberadaan gandrung tiada batas – setelah merenungkan keadaan semua ibumu yang mendapati diri mereka ada di dalam masalah seperti ini, kembangkanlah tujuan bodhicita yang unggul.

(9) Sekalipun engkau telah membina kebiasaan penyerahan dan tujuan bodhicita, tetap saja, jikalau engkau tiada memiliki kesadaran pembeda menyadari sifat kekal dari kenyataan, engkau akan tidak mampu memutus akar keberadaan gandrungmu. Oleh karenanya, berupayalah dalam aneka cara menyadari kemunculan bergantung.

(10) Barang siapa yang telah melihat bahwa (hukum) sebab dan akibat berperilaku mengenai segala peristiwa samsara dan nirwana tiada pernah keliru, dan yang telah meruntuhkan semua tiang sangga (pengetahuan) yang ditujukan (pada keberadaan swabawa), apa pun mereka, telah memasuki jalan yang berkenan di mata para Buddha.

(11) Semua kenampakan merupakan kemunculan bergantung tan-keliru dan sunyata itu terpisah dari segala pernyataan (cara mengada yang mustahil). Selama engkau masih memandang dua pemahaman ini sebagai hal yang terpisah, engkau masih belum lagi menyadari niat dari Mereka yang Piawai.

(12) Namun bila, bukan secara gilir-ganti, melainkan sekaligus, keniscayaanmu dari pandangan kemunculan bergantung tan-keliru semata menyebabkan seluruh caramu menanggap segala hal (sebagai ada secara swabawa) itu berantakan, engkau telah tuntas mencermati pandangan yang benar.

(13) Lebih lanjut, ketika engkau tahu betapa kenampakan menghapuskan titik lajat keberadaan dan sunyata menghapuskan titik lajat keniradaan, dan betapa sunyata terbit sebagai sebab dan akibat, engkau takkan pernah terseret oleh pandangan yang menggenggam segala titik lajat.

(14) Ketika engkau telah memahami pokok-pokok dari tiga unsur utama sang jalan ini, sebagaimana adanya, bersandarlah pada kesendirian dan, dengan membangkitkan daya kegigihan yang bersuka, segeralah wujudkan, putraku, tujuan sejatimu.

Top