Menangapi Permasalahan Kita

Meruntuhkan Dinding-Dinding Kita terhadap Pembelajaran

Seperti kita bahas kemarin, yang kita coba lakukan adalah merasa terbuka untuk menjadi bantuan bagi orang lain – berhubungan dengan orang lain secara langsung, dengan dinding-dinding runtuh. Dinding-dinding kita perlu runtuh tidak hanya terhadap orang-orang, tapi juga terhadap pembelajaran sesuatu. Ini adalah jenis cara yang sama. Dinding-dinding itu harus runtuh agar kita terbuka dan mampu menerapkan sesuatu pada diri kita pribadi, bukan mendirikan dinding atau suatu benteng yang berasal dari kecendekiaan kita. Dengan kata lain, kita mungkin mendirikan dinding untuk melindungi “aku” yang tampak padu dalam diri kita, dan kita berpikir, “Aku hanya akan mendengarkan hal-hal sebagai latihan dalam kecendekiaan, supaya aku mengetahui sesuatu yang sulit dipahami atau menarik. Karena jika aku harus mengusik sesuatu di dalam diriku, itu sedikit terlalu mengancam, jadi aku akan mendirikan dinding-dinding ini.” Kita juga perlu meruntuhkan dinding-dinding semacam ini.

Kita berusaha terbuka dengan cara ini untuk belajar dan membuat suatu peralihan-diri, sehingga kita bisa menjadi bantuan bagi orang-orang yang terhadap mereka kita terbuka pada tingkat perorangan. Seperti yang kita bahas kemarin, kita bisa mengembangkan jenis rasa-hati ini dengan lebih dulu memandang orang-orang di sekitar kita, baik orang-orang di dalam ruangan ini maupun gambar-gambar para Buddha di tembok, dan kemudian, setelah meruntuhkan dinding-dinding kita, merasakan dorongan untuk terbuka menuju sebuah peralihan, pada tingkat yang lebih dalam, pada diri kita dan hubungan kita dengan orang lain.

Mari kita lakukan ini sejenak. Dan mohon lakukan ini dengan niat untuk penuh perhatian dan memusatkan pikiran, bukan hanya duduk dan cita kita kemana-mana.

[jeda]

Top