Pengantar
Dari enam sikap menjangkau-jauh (kesempurnaan) yang ada, daya pemusatan atau kemantapan batin adalah yang kelima. Dengannya, kita mampu untuk tetap memusat sempurna pada sasaran apa pun, selama yang kita mau, dengan perasaan yang positif dan pemahaman yang mendalam. Cita kita sepenuhnya bebas dari kelana batin, kesembronoan akibat perasaan gelisah (khususnya karena ketertarikan pada sasaran nafsu), atau ketumpulan batin. Dengan cita yang tajam, tenaga kita terpusatkan dan terjinakkan, dan tidak lagi berkeliaran di dalam diri kita. Kita kemudian mengalami perasaan bahagia yang menggembirakan (tetapi juga mendamaikan) secara batin maupun lahir. Kita mengalami kejernihan cita yang luar biasa yang timbul kala cita dilucuti dari semua pikiran pengusik atau perasaan ganjil. Tanpa kemelekatan pada tataran yang polos, jernih, dan membahagiakan ini, kita dapat menggunakannya untuk mencapai tujuan positif apa pun yang kita mau.
Ada beberapa cara untuk membagi kemantapan batin yang menjangkau-jauh ini – menurut sifatnya, jenisnya, dan kegunaannya.
Ringkasan
Mungkin tidak selalu tampak nyata, tetapi kita tetap butuh daya pemusatan untuk menyelesaikan tugas-tugas sesederhana mengikat tali sepatu kita sekali pun. Sebagian besar kita mampu memusatkan perhatian pada hal-hal yang jauh lebih rumit, dan kita dapat menyempurnakan keterampilan ini untuk memperoleh tujuan-tujuan rohani kita. Ketika dipadu dengan sikap-sikap menjangkau-jauh lainnya dan didayakan oleh suatu tujuan bodhicita, kemantapan batin dan daya pemusatan kita menjadi begitu menjangkau-jauh sehingga mampu membawa kita sampai ke titik pencerahan.