Yang Perlu Dipertimbangkan saat Mengingat Kematian

Kesukaran Memperoleh Kelahiran Kembali Manusia yang Mulia dan Cara Memetik Manfaat Terbaiknya

Penting untuk mengingat di awal-awal tentang sukarnya memperoleh kelahiran kembali manusia yang mulia dengan segala jedanya dari keadaan-keadaan yang menghambat laku Dharma dan segala pengayaannya dengan unsur-sebab dan kesempatan baik untuk menjalankan laku. Ada banyak hal yang perlu dipikir dan ditimbang, seperti bagaimana bisa dasar karya semacam itu sukar diperoleh, dari sudut pandang contoh, dari sudut pandang sifatnya, dan dari sudut pandang sebab-sebabnya.

Nah, kita sekarang ini telah memperoleh suatu dasar yang sukar untuk diperoleh. Dan bagaimana kita bisa terlahir kembali sebagai manusia? Itu karena kita telah menjalankan karya rohani yang amat besar jumlahnya di kehidupan-kehidupan lampau kita, yang lalu memunculkan sebab-sebab untuk terlahir kembali sebagaimana kita sekarang. Satu perumpamaan untuk memahami ini: seperti kita telah setengah jalan selesai menggulirkan bola logam besar ke atas gunung. Dengan kata lain, kita telah melakukan semua yang dibutuhkan untuk memperoleh masa hidup sebagai manusia sekarang ini dan yang cocok bagi kita di titik ini adalah lanjut lebih jauh lagi, membuat kemajuan yang lebih lagi. Setelah menggulirkan bola ini sampai di tengah badan gunung, jika kita tidak hati-hati, bahayanya ialah bahwa bola itu bisa meluncur kembali ke dasar dan akan sangat sukar untuk mendorongnya ke atas lagi.

Yang perlu kita perbuat ialah, di atas dasar kehidupan manusia yang mulia yang kita punya sekarang, mencoba mengembangkan welas asih, cinta, dan sebuah hati bodhicita yang berbakti. Di atas segalanya, yang terbaik yang dapat kita lakukan ialah mencoba menjadi tercerahkan di atas dasar yang sama itu. Tapi jika kita tidak menggunakan sepatutnya apa yang kita miliki sekarang, dan cuma memanjatkan doa-doa supaya mampu mencapai kelahiran kembali sebagai manusia di masa mendatang, itu sama saja dengan kita yang punya sekeranjang penuh beras dan, menyimpannya tanpa menggunakannya, cuma duduk dan berdoa supaya dapat sekeranjang beras lagi!

Kita memiliki dasar karya yang sempurna ini sekarang, yang dapat kita pakai untuk laku Dharma dan kita mesti berupaya dan berdoa untuk bisa sepenuhnya memanfaatkan dasar tersebut. Kita semestinya merasa amat bahagia karena memilikinya. Cara mendekatinya bisa seperti pemikiran, "Kalau aku memperoleh sesuatu yang mulia seperti dasar karya ini, aku akan menggunakan dengan patut hari ini dan berdoa supaya bisa terus seperti itu esok hari. " Di pagi hari ketika kita bangun, penting bagi kita untuk berpikir, "Syukurlah, aku dapat bangun! Maut tak menjemputku selagi aku tidur!" Dan kemudian penting pula bagi kita untuk memulai hari dengan membuat niat yang bulat, "Hari ini aku akan terus menggunakan sepatutnya kehidupan manusia mulia yang kumiliki ini!"

Jenis kehidupan yang kita miliki sekarang ini begitu mulia; ada delapan jeda atau kemerdekaan sementara dari delapan keadaan sulit yang bisa membuat kita tak berpeluang dalam mencetak kemajuan rohani. Itulah yang disebut dengan delapan keadaan sebagai bukan-manusia dan delapan keadaan manusia tanpa peluang. Jadi ketika kita bangun di pagi hari, kita selayaknya berpikir betapa beruntung kita karena tidak mati di malam hari saat tidur. Jika kita mati dan terlahir kembali ke dalam salah satu dari delapan keadaan tanpa peluang untuk membuat kemajuan rohani, seperti misalnya terlahir kembali menjadi seekor serangga yang merangkak di lantai, kita bahkan tidak akan punya kesempatan untuk mendengar tentang langkah-langkah pencegahan Dharma ini sekalipun. Jadi, amat penting bagi kita untuk merasa amat bahagia dan bersyukur atas keberuntungan kita bangun di pagi hari dan terus memiliki kesempatan yang ada, dan untuk mencanangkan niat bulat untuk menggunakan kesempatan itu sepenuh-penuhnya. Di malam hari, jika kita telah berpikir demikian dan telah mencanangkan niat yang amat kuat untuk menggunakan kesempatan tersebut sepenuh-penuhnya, bahkan ketika kita tidur hal itu akan bersifat amat membangun.

Ketika Tsongkhapa menulis di sini, "Aku memohon ilham untuk mengembangkan tanpa gangguan sebuah sikap untuk menyerap intisarinya dengan segala cara siang dan malam," ia mengacu pada jenis laku yang dapat kita lakukan di pagi dan malam hari – yaitu, memanfaatkan intisari dari kehidupan manusia mulia yang kita miliki.

Tempat di dalam naskah, dimana Tsongkhapa bicara tentang pokok bahasan ini, adalah tempat dimana kita perlu mengisi semua ragam ajaran dan cara mengenai pokok yang sama yang dijumpai, pertama-tama, di dalam sutra-sutra. Sutra merupakan kata-kata Buddha sendiri. Dengan demikian, beragam-macam shastra atau naskah penjelasan yang ditulis oleh para guru Buddha dari India, dan demikian pula seluruh naskah yang ditulis oleh para guru dari Tibet dari seluruh aliran ajaran Buddha di Tibet: Kagyu, Nyingma, Sakya, dan Gelug – apapun cara khusus yang dijumpai di dalam sumber-sumber itu mengenai pokok bahasan ini, kita juga mesti menerapkannya di sini. Dengan kata lain, kita perlu mengisi dan menerapkan ajaran manapun yang berkenaan dengan kelahiran kembali manusia yang mulia, dengan jeda dan pengayaannya, tak peduli dari sumber sahih ajaran Buddha mana ia berasal. Jadi, umpamanya seperti kalau kita punya wadah gula, kita taruh semua gula kita di dalamnya, terlepas dari toko mana gula itu berasal.

Kalau kita punya dasar karya mulia dan kita tidak menggunakannya dengan sepatutnya, akan sukar sekali untuk memperolehnya lagi. Kalau semisal kita bisa terus-menerus memperoleh kehidupan manusia mulia itu lagi dan lagi, itu lain cerita; tapi bukan begitu kenyataannya. Oleh karena itu, kalau kita tidak menggunakan kehidupan dengan sepatutnya itu sekarang, besar kemungkinan kita tidak akan memperoleh kesempatan itu lagi. Sama seperti seseorang yang amat kuat dan berani, tapi jika ia tidak punya tangan dan kaki dan diletakkan begitu saja di tanah di suatu tempat, tak peduli seberapa kuat dan berani mereka, tak banyak yang dapat mereka perbuat. Demikian pula, tak banyak yang dapat kita perbuat begitu kita kehilangan raga manusia mulia yang kita miliki ini.

Kalau raga manusia kita ini merupakan sesuatu yang amat sangat kuat dan tak dapat rusak, lagi-lagi itu lain cerita; tapi tidak seperti itu kenyataannya. Raga kita sesuatu yang tak memiliki kekuatan yang amat luar biasa. Juga, begitu kita lahir, tak ada satu pun hal yang sudah pasti menyusul kecuali kematian. Dan kalau ada suatu tempat yang kita dengar sebagai tempat dimana orang-orang tida mati, itu menakjubkan, kita bisa ke sana. Tapi, faktanya, tempat semacam itu tidak ada. Karena tak ada tempat yang bisa menyembunyikan kita dari kematian, kita semestinya senantiasa ingat akan kematian.

Top