Kematian, Karma, dan Kekurangan Samsara

Pengenalan Umum dan Tinjauan

Berbagai tradisi Tibet yang berasal dari Buddha – Kadam, Sakya, Kagyu dan Nyingma – semuanya mengikuti penyajian cara-cara untuk melatih sikap kita yang berasal dari sumber yang sama: Memasuki Perilaku Bodhisattwa oleh Shantidewa. Penyajian oleh Shantidewa, berikutnya, mencakup semua pokok yang ditemukan dalam ajaran lam-rim tentang jalan bertahap, dalam artian semua cita jalan bertahap menuju pencerahan. Tidak ada apa pun di jalur bertahap ini yang dianggap tidak dapat melatih sikap kita. Namun, pokok-pokok tertentu yang sedang kita diskusikan berlaku untuk ajaran tertentu yang disebut “lojong”, “latihan cita”, “pelatihan sikap”. Mereka diringkas menjadi Latihan Cita Tujuh Pokok, seperti yang disajikan dalam teks oleh Geshe Chekawa, dan dalam ulasan berjudul Cahaya Matahari, oleh Namkapel, seorang murid Tsongkhapa.

Tujuh pokok pelatihan sikap mencakup:

  • persiapan,
  • cara berlatih dalam dua bodhicita – nisbi dan terdalam,
  • mengubah keadaan buruk menjadi jalan menuju pencerahan,
  • pemadatan laku ke dalam satu kehidupan,
  • patokan terlatihnya sikap kita,
  • laku ikatan erat untuk latihan cita,
  • pokok yang perlu dilatih dalam latihan cita.

Kematian dan Ketidaktetapan

Sekarang setelah kita semua mencapai dasar kerja tubuh manusia yang berharga, kita semua ingin bahagia; tak seorang pun dari kita ingin memiliki duka atau masalah. Kebahagiaan yang kita harapkan tidak datang begitu saja – datangnya dari sebab-sebab. Jadi kita perlu berpikir secara mendalam tentang penyebab yang membawa kebahagiaan kita dan menghilangkan masalah kita. Untuk dapat menempuh jalan spiritual, kita harus memanfaatkan kehidupan manusia yang berharga yang kita miliki. Tentu saja, untuk hidup kita perlu mencari nafkah dan melakukan berbagai hal yang diperlukan untuk kehidupan kita sehari-hari. Namun kita tidak dapat menempatkan penekanan utama pada perolehan uang dan benda-benda materi. Selain itu, uang dan benda-benda materi bukanlah satu-satunya penyebab kebahagiaan. Tidak semua orang kaya itu bahagia. Ketika kita menyadari bahwa ada banyak orang kaya dengan banyak harta benda, yang sengsara dan menderita duka mental yang parah, kita tidak dapat mengatakan bahwa satu-satunya penyebab kebahagiaan adalah harta benda.

Agar kebahagiaan kita muncul, harus ada penyebabnya terlebih dahulu. Kebahagiaan terutama tergantung pada tataran cita. Jika cita seseorang bahagia, maka apa pun keadaan eksternalnya, orang ini terus bahagia. Jika seseorang pada dasarnya adalah orang yang bahagia, sopan, perhatian kepada orang lain – orang yang berbudi luhur, tipe orang yang baik – maka sungguh percaya tidaknya mereka pada agama atau Dharma tidak ada bedanya. Jika kita sopan dan mempertimbangkan orang lain, kita membangun kekuatan positif (kebajikan) dalam hal apa pun. Jika, di atas semua itu, kita belajar dan mempraktikkan, berlatih berbagai metode Dharma, akan ada manfaat yang bahkan lebih kuat dan membangun kekuatan positif dari menjadi orang yang baik hati dan suka menolong. Itu akan bermanfaat tidak hanya untuk kehidupan ini, namun juga untuk kehidupan yang akan datang.

Jadi, ini adalah pengejaran yang sangat sepadan dalam hal memanfaatkan sebaik-baiknya dasar kerja yang kita miliki. Kita perlu menyadari bahwa tubuh manusia yang berharga ini tidak akan bertahan selamanya, bahwa bagaimanapun sempurnanya keadaan kita, kehidupan ini adalah sesuatu yang akan berlalu. Ini karena setiap orang tunduk pada ketidaktetapan dan kematian. Intinya adalah bahwa kita tidak boleh membuang waktu kita. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk memikirkan ketidaktetapan dan bagaimana semua situasi berlalu.

Ada berbagai cara untuk menyajikan ketidaktetapan. Ada pembahasan tentangnya dalam konteks sebagai salah satu dari enam belas unsur dari empat kebenaran mulia, misalnya, atau kita dapat membicarakannya dalam hal ketidaktetapan umum dan tingkatannya: kasar dan halus. Di sini, kita berbicara dalam kaitannya dengan aspek ketidaktetapan yang lebih kasar, jenis yang dilihat oleh siapa pun yang meninggal.

Kerugian Akibat Tidak Memperhatikan Kematian dan Ketidaktetapan

Akan ada baiknya bagi kita jika kita mempertimbangkan manfaat dari bermeditasi dan membangun kesadaran akan ketidaktetapan, dan kerugian jika tidak menyadarinya. Teks ini pertama-tama berbicara tentang kerugian ini dan kemudian tentang betapa pentingnya tetap sadar akan ketidaktetapan dan kematian. Ini penting karena, terlepas dari kita percaya atau tidak, ada kelahiran kembali di masa depan: kita mungkin jatuh ke salah satu keadaan yang lebih buruk atau salah satu yang lebih baik. Jadi, sangat penting untuk menyadari potensi negatif kita yang dapat mengarah pada kelahiran kembali yang lebih buruk, dan pada gilirannya berhati-hati dalam tindakan kita dan hal-hal yang kita lakukan sekarang, karena itu akan mempengaruhi masa depan kita.

Jika kita tidak benar-benar memperhatikan kematian sepanjang waktu – bahkan walaupun kita mempraktikkan Dharma – kita tidak akan melibatkan diri sepenuhnya dalam Dharma maupun menganggapnya serius. Jika kita sungguh sadar akan kematian dan ketidaktetapan, dan bagaimana apa yang terjadi di masa depan bergantung pada apa yang kita lakukan sekarang, tidak perlu ada polisi yang mengawasi kita. Kesadaran kita sendiri akan sebab dan akibat akan bertindak sebagai penjaga dan menjaga kita dari tindakan yang tidak pantas.

Siapa pun kita, melihat hal-hal berdasarkan fakta bahwa kita semua akan mati akan membuat kita sadar bahwa tidak ada gunanya membodohi orang lain atau bertindak dengan cara yang tidak acuh. Setidaknya kita akan melihat betapa tidak masuk akalnya membodohi diri sendiri dengan bertindak merusak diri sendiri, karena di masa depan kita harus menghadapi konsekuensi dari apa yang telah kita lakukan. Jadi, sangatlah penting untuk selalu sadar akan ketidaktetapan dan kematian.

Bagaimana kita berlatih untuk memperoleh kesadaran akan kematian dan ketidaktetapan itu? Kita melakukan ini pertama-tama dengan menyadari fakta bahwa tidak ada harta kita, teman, kerabat, dan sebagainya, yang akan dapat membantu pada saat kematian. Kemudian, kita perlu merenungkan semua keadaan yang akan muncul pada saat kematian, bahwa semua benda yang telah kita peroleh – mungkin melalui penipuan, atau kecurangan, atau penuh masalah demi mendapatkannya – tidak akan membantu sama sekali ketika kita mati. Namun kita harus menanggung konsekuensi dari segala cara menipu yang mungkin kita gunakan.

Sudah pasti bahwa kita semua akan mati karena kita semua berada di bawah pengaruh sikap gelisah dan berbagai dorongan karma pada kesinambungan batin kita. Bahkan para raja pun harus mati, dan beberapa bahkan dieksekusi. Jika kita menghabiskan waktu kita sama sekali mengabaikan fakta ini, membodohi diri sendiri, berbohong, melakukan segala macam hal yang menipu, kita akan terkejut pada saat kematian: begitu banyak penyesalan. Jika kita perhatian dan sadar akan fakta bahwa kita akan mati, kita akan bertindak dengan cara yang jauh lebih baik selama kita hidup, dan tidak harus mati dengan penyesalan.

Meskipun tidak mungkin mencegah diri kita dari kematian, kita bisa mempersiapkan diri agar pada saat kematian kita tidak harus mati dalam keadaan takut. Hanya masalah waktu sampai kematian datang, jadi ada baiknya kita mempersiapkannya sekarang.

Pokok-pokok ini disajikan dalam teks sebagai berikut:

  • Kematian adalah mutlak,
  • Waktu kematian tidak pasti,
  • Kecuali oleh Dharma, tidak ada yang dapat membantu pada saat kematian.

Ini adalah tiga hal untuk dipertimbangkan.

Mutlaknya Kematian

Sehubungan dengan fakta bahwa kematian itu mutlak, dikatakan bahwa jika bahkan para Buddha dan arhat yang tak terhitung banyaknya saja harus mati, apa yang dapat dikatakan tentang orang biasa seperti kita? Tidak peduli siapa kita, begitu kita dilahirkan, seratus persen pasti kita akan mati. Tidak ada orang yang tidak harus mati, jadi tidak lagi perlu dipertanyakan tentang menghindarinya. Dan jika kita melihat pada berbagai Buddha yang, sebelum menjadi tercerahkan, telah mencapai keadaan raga khayal dan kemudian mencapai pencerahan dalam keadaan itu tanpa benar-benar meninggal dunia, jumlahnya sangat sedikit. Sebagian besar telah menunjukkan meninggal ke parinirwana. Jika kita mengambil contoh dalam sejarah – raja dan kaisar, dan lainnya – kita tidak dapat menemukan satupun yang sungguh mencapai keabadian.

Tidak ada tempat yang bisa kita tuju untuk menghindari kematian dan, meskipun kita mungkin memiliki tubuh yang sangat kuat, tidak ada tubuh yang cukup kuat untuk melawan kematian. Sama seperti berada di suatu tempat yang dikelilingi oleh pegunungan di semua sisi, terjebak tanpa jalan untuk melarikan diri, begitu pula dengan kematian, tidak ada tempat untuk kita lari kabur darinya.

Membayangkan hal-hal yang mungkin terjadi di mana tidak ada cara untuk melarikan diri, seperti perang nuklir, tidak ada gunanya bagi kita. Bagaimanapun, kematian tidak bisa dihindari. Kita tidak bisa menyalahkan hal-hal eksternal yang dapat menyebabkan kematian kita, selalu hidup dalam ketakutan akan hal-hal seperti perang nuklir. Penyebab kematian terakumulasi dalam kesinambungan batin kita – sikap gelisah, karma dan sebagainya inilah yang merupakan penyebab internal yang akan membawa kematian kita, bersama dengan keadaan eksternal yang berkontribusi. Intinya adalah, setelah dilahirkan dalam tubuh dengan sikap gelisah dan karma pada kesinambungan batin kita, sudah pasti kita akan mati. Ini karena pada saat tubuh diaktualisasikan, pada saat yang sama pula penyebab kematian diaktualisasikan.

Berbicara tentang ketidaktetapan dan duka semua makhluk, yang akan dibahas lebih luas nanti, salah satu duka yang kita semua bisa lihat adalah usia tua. Seiring bertambahnya usia, misalnya, kita mulai kehilangan kekuatan indra kita, sebuah penanda tentang kepastian akan datangnya kematian.

Ada alasan mengapa kematian pasti datang. Pertama, ada berbagai hal yang bisa terjadi pada kita, penyebab dalam diri kita: kita menjadi tua dan segalanya merosot, kekuatan obat untuk menyembuhkan kita melemah, dan kita mati. Kedua, tidak ada tambahan yang datang ke umur kita, yang ada terus berkurang. Tentu saja, ada doa-doa dan puja umur panjang tertentu dan laku-laku semacamnya, tetapi sesungguhnya sulit untuk meningkatkan umur.

Jangka hidup dasar yang kita miliki berasal dari kekuatan positif, karma dan sebagainya yang telah kita bangun di kehidupan sebelumnya. Sama seperti hari-hari yang terus berlalu, jika tahun lalu kita memiliki sisa umur seratus tahun, tahun ini hanya akan ada sembilan puluh sembilan. Dan tidak peduli berapa lama umur yang kita bayangkan, kita dapat melihat bahwa antara pagi ini dan sekarang, sebagian dari itu telah berlalu. Umur kita berlalu dengan setiap napas, dengan setiap saat. Waktu terus berlalu. Hal ini tidak akan menunggu. Kita tidak bisa duduk dan menghentikan umur kita, bahkan untuk sesaat pun. Tidak ada tempat yang bisa kita tuju, tidak ada yang bisa kita lakukan, untuk menghindari terus-menerus kehabisan waktu yang tersisa untuk hidup.

Ada banyak metafora untuk kehidupan yang berlalu. Misalnya, layaknya air di air terjun, begitu mulai melewati tepi, tidak mungkin berhenti, ia pasti terus jatuh. Atau, layaknya sungai, yang terus mengalir, pikirkan seberapa cepat kehidupan berlalu. Ibarat kilatan petir yang menyambar di langit, ia tidak berhenti sejenak. Ia hanya lewat.

Mengenai pokok berikutnya, dari masa hidup, katakanlah, seratus tahun, setengahnya mungkin dihabiskan untuk tidur, terutama jika kita mempertimbangkan berapa banyak kita tidur tahun ini. Tentu saja, kasus penderita insomnia berbeda, tetapi umumnya kebanyakan dari kita menghabiskan banyak waktu untuk tidur. Jika kita mengambil jangka waktu enam puluh tahun untuk kehidupan ini, dua puluh tahun pertama semacam tersia-siakan untuk bermain. Pikirkan waktu yang sebenarnya dapat dialihkan, untuk digunakan: jika kita menambahkan semua waktu yang dihabiskan dalam enam puluh tahun ini untuk tidur dan makan dan sakit, jika kita mengabaikan semua waktu itu, mungkin ada selama hanya sekitar enam tahun tersisa. Sungguh pikirkan, betapa banyak waktu selama sehari yang terbuang dalam segala macam kegiatan sepele merawat tubuh kita.

Seorang lama agung berkata dalam biografinya, “Saya menghabiskan dua puluh tahun pertama saya tidak pernah benar-benar melakukan laku saya, dua puluh tahun berikutnya berkata, 'Baiklah, saya akan melakukannya kapan saja,' dan saya telah menghabiskan sepuluh tahun terakhir berkata, 'Oh! Saya berharap saya bisa berlatih lebih awal!’ Begitulah cara saya menyia-nyiakan kehidupan manusia yang sempurna.”

Tentu ada pengecualian, orang-orang yang sejak usia dini tertarik untuk belajar dan memperbaiki diri. Namun kebanyakan dari kita tidak merasakannya sebagai seorang anak dan, dalam dua puluh tahun pertama, kita hampir tidak pernah sungguh memperbaiki diri. Dua puluh tahun berikutnya dalam hidup kita, kita terlibat untuk mengatur diri kita sendiri, mencari nafkah dan kemudian kita selalu menunda-nunda, berkata, "Ya, pertama-tama saya harus membangun diri saya sendiri dan melakukan segala macam hal ini." Jadi, sepuluh tahun berlalu, lalu tiga puluh, lalu empat puluh. Kemudian kita mulai berpikir, “Sekarang saya semakin tua, saya tidak bisa melakukan apa-apa. Saya tidak bisa melihat dengan baik lagi, jadi saya tidak boleh memaksakan mata saya. Dan saya tidak bisa mendengar dengan baik dan harus mendengarkan terlalu keras untuk memahami apa pun yang dikatakan seseorang.” Kita melepaskan niat untuk belajar.

Ini menunjukkan betapa sulitnya untuk benar-benar mewujudkan kehidupan spiritual. Jauh lebih mudah untuk menjalani kehidupan duniawi. Jadi jika kita sungguh akan menjalani kehidupan spiritual, kita tidak bisa selalu menunda atau menundanya sampai kita lebih tua. Kita akan menemukan bahwa kita tidak akan dapat melakukan apa yang kita harapkan dan hanya memiliki banyak penyesalan, berharap kita telah melatih diri kita lebih awal. Jika kita akan menjalani kehidupan spiritual, kehidupan religius, ini adalah sesuatu yang harus kita lakukan dengan kesungguhan dan tekad yang besar mulai saat ini, sekarang juga.

Kita perlu berpikir, “Dalam kehidupan ini saya telah bertemu dengan ajaran Hinayana dan Mahayana dan, di dalam Mahayana, saya telah bertemu dengan sutra dan tantra.” Kita perlu melihat bahwa tanggung jawab ada pada diri kita masing-masing. Sang Buddha telah menunjukkan kepada kita apa yang harus dilakukan, jalan apa yang harus ditelusuri. Kita tidak bisa meletakkan tanggung jawab ini pada orang lain. Apakah kita mengikutinya atau tidak, itu sepenuhnya keputusan kita masing-masing.

Sifat kehidupan adalah ketidakmantapan, berubah dari waktu ke waktu. Kekuatan hidup cukup lemah dan tidak bisa diandalkan. Jadi, sebagai makhluk pengembara yang umurnya terus berlalu dan merosot, ketika kita menyadari situasi kita, kita menyadari bahwa kita berada di ambang kehancuran, keluar dari kehidupan ini. Jika kita menjalani hidup kita sepenuhnya mengabaikan kenyataan ini, itu benar-benar menyedihkan.

Semua ini mengarah ke fakta bahwa kematian pasti akan datang. Jika kita mengambil semua orang di dunia ini, tidak peduli berapa miliar jumlahnya, tidak satu pun dari mereka akan ada beberapa abad dari sekarang, meskipun populasi bumi mungkin sangat meningkat. Dan jika kita mempertimbangkan orang-orang di sini, di antara penyimak ini, seratus tahun dari sekarang, mungkin beberapa bayi masih ada, tetapi kita semua pasti sudah meninggal saat itu! Jika kita berpikir apa yang akan terjadi pada gedung ini dan gedung-gedung lainnya di sekitar sini beberapa abad dari sekarang, mereka mungkin akan musnah juga. Ambil contoh pohon: pohon yang berganti daun mungkin penuh dengan daun, namun tiba musim dingin, mereka jatuh ke tanah. Dunia terus bergerak. Jika kita bangun pagi-pagi sekali sebelum fajar, itu sangat segar. Kemudian matahari terbit dan melintasi langit tanpa berhenti sejenak. Hidup kita persis seperti itu: siang dan malam terus berlalu tanpa pernah berhenti.

Tidak Pastinya Waktu Kematian

Dalam sejarah, ada legenda keabadian di masa lalu yang jauh. Mereka menjalani rentang hidup yang tak terukur, tetapi dewasa ini kita pasti tidak memiliki orang seperti itu lagi. Jika kita bertanya – karena kita semua akan meninggal – kapan kematian akan datang, tidak ada kepastian tentang waktunya, dan itulah pokok kedua. Sangat jelas bahwa, ke mana pun kita pergi di dunia, tidak ada kepastian kapan tepatnya hidup kita akan berakhir. Kita bukannya membahas tempat berupa benua lain, seperti yang disajikan dalam Lumbung Harta Pokok-Pokok Khusus Pengetahuan. Di sini, di bumi ini, kenyataannya adalah tidak ada umur yang pasti.

Jika kita melihat banyak orang di dunia ini, mereka tidak rela menghadapi kenyataan kematian. Ada banyak tempat di mana orang tua yang sudah pensiun sama sekali tidak mau menerima kenyataan bahwa mereka akan mati. Mereka menghabiskan seluruh waktu mereka sebagai turis yang berkeliling dunia, bersolek sangat mewah, memakai banyak dandanan dan berusaha terlihat muda, dalam upaya untuk melarikan diri dari kenyataan hidup mereka. Tetapi mereka perlu mempersiapkan cita mereka tentang kapan dan di mana kematian akan datang.

Suatu kali, setelah pemeriksaan medis, dokter memberi tahu saya, "Ada jaminan pasti seratus persen bahwa Anda akan hidup sampai usia enam puluh." Tapi saya mengembalikan jaminan tersebut. Hal yang pasti adalah tidak ada yang bisa menjamin apa yang akan atau tidak akan terjadi dalam jangka waktu tertentu.

Pokok penting adalah bahwa lebih banyak keadaan yang menyebabkan kematian daripada yang menopang kehidupan, banyak penyakit, dan sebagainya. Kita sebenarnya tidak perlu mencari penyebab kematian di luar: semuanya terkumpul dalam kesinambungan batin kita. Bahkan keadaan yang biasanya menopang kehidupan dapat menyebabkan kematian. Misalnya, kita makan untuk hidup, tetapi makan dapat menyebabkan kita mengalami kesulitan dengan perut, pencernaan, hati, dan sebagainya. Dengan memakan sesuatu untuk menopang hidup kita, kita bisa menyebabkan kematian kita.

Pokok selanjutnya adalah betapa lemahnya tubuh, betapa rapuhnya, bagaimana ia bisa rusak kapan saja. Tubuh kita tidak kuat, atau tangguh, atau mampu menahan segala sesuatu. Jika kita mempertimbangkan berbagai struktur yang terbuat dari unsur yang berbeda – bangunan, gunung, dan sebagainya – meskipun mereka tampak sangat kuat bagi kita, mereka akan lenyap. Angin dan air mengikisnya, jadi tidak perlu lagi disebutkan bahwa tubuh kita merosot dan mati. Jantung berdetak sepanjang waktu, tetapi jika berhenti semenit, kita akan mati. Kerangka yang ditutupi dengan kulit terlihat indah, tetapi di dalam kulit sangat halus dan rapuh. Jika kita melihat kehalusan dan kerumitan tubuh manusia, dan benar-benar mencermatinya, cukup masuk akal untuk berpikir bahwa itu sangat luar biasa sehingga hanya Tuhan yang bisa membuatnya. Tetapi jika kita benar-benar melihat tubuh manusia, itu adalah sesuatu yang sangat rapuh dan mudah rusak. Karena hidup dapat berlalu begitu cepat – dan itu pasti akan terjadi – kita perlu menerapkan diri kita pada laku Dharma.

Tidak Ada yang Dapat Membantu pada Saat Kematian Kecuali Dharma

Pokok berikutnya dalam garis besar adalah bahwa tidak ada yang dapat membantu pada saat kematian, kecuali Dharma. Kita harus sangat jelas bahwa pada saat kematian, tidak ada yang membantu kecuali pelatihan spiritual dalam Dharma. Tak satu pun dari benda-benda material dan berbagai hal yang mungkin telah kita kumpulkan akan membantu pada saat kematian. Kita bagaimanapun harus meninggalkan semuanya. Seandainya kita menjadi orang terkaya di dunia, tidak peduli berapa banyak uang yang mungkin kita miliki di bank atau dalam investasi, pada saat kematian kita pasti tidak dapat membawanya bersama kita. Sama sekali tidak ada harapan.

Hal yang sama berlaku untuk kerabat dan teman, yang tidak dapat membantu pada saat kematian. Ada orang yang terlihat begitu setia, rela menyerahkan nyawanya untuk kita, tapi sebenarnya tidak bisa. Jika semua orang harus mati, apa gunanya orang-orang ini? Ketika akhir kehidupan datang, jika saya berkata, "Saya seorang biksu" atau "Saya adalah Dalai Lama," itu tidak akan menjauhkan kematian dari saya. Dan saya harus menghadapi kematian saya sendiri, sendirian. Karena telah dilahirkan, tidak ada hal lain untuk semua orang di sini selain pergi, sendirian, pada saat kematian. Dengan semua orang yang dimiliki Mao Zedong di sekelilingnya, pasukan besar yang ia kumpulkan, semua kekuatan yang ia miliki, pada saat kematiannya tidak seorang pun dari prajuritnya dapat membantunya, atau pergi bersamanya, dan ia harus menghadapi kematiannya sendirian.

Tubuh yang masing-masing dari kita telah begitu erat terhubung dengannya, mengalami panas, dingin, lapar dan haus, pada akhirnya harus berpisah dari cita. Kita menganggap tubuh kita sangat penting, namun tubuh hanya akan berubah menjadi mayat. Mayat biasanya membuat kita merasa cukup mual. Kita menganggapnya kotor dan mencemari, tetapi dari mana mayat itu berasal? Itu berasal dari tubuh kita sendiri. Menurut Anda dari mana kotoran mayat berasal? Tubuh yang berubah menjadi mayat tidak akan membantu kita pada saat kematian kita. Jadi dengan cara ini, sangat jelas bahwa tubuh, kekayaan, teman dan kerabat, tidak satu pun dari hal-hal ini akan membantu sama sekali saat kematian.

Orang-orang, tanpa memikirkan kematian, terus mengumpulkan dan menyimpan barang-barang, memasukkannya ke dalam kotak plastik kosong, lalu ke dalam kotak kayu. Ketika mereka melihat kaleng kosong yang indah, mereka mengumpulkannya, dan terus mengumpulkan, tanpa makna, hanya untuk meninggalkannya semua.

Kita telah menetapkan bahwa kesinambungan batin kita berlanjut dari kehidupan lampau ke masa depan, dan atas dasar inilah kita memberi label "aku" dan seterusnya. Jadi kesinambungan batin adalah sesuatu yang terus berlanjut, tidak mampu membawa segala jenis benda material. Semua yang dapat melanjutkan kesinambungan batin itu adalah berbagai potensi yang dibangun dalam kehidupan ini. Jika kita membangun potensi-potensi konstruktif, berbagai jenis kekuatan positif, ini akan bermanfaat bagi kehidupan-kehidupan mendatang. Potensi adalah sesuatu yang dapat kita bangun melalui laku Dharma.

Mari kita perhatikan berbagai keadaan yang dapat terjadi pada saat kematian. Kita mungkin memiliki beberapa penyakit dan pergi ke berbagai dokter yang berkata, "Tidak ada yang dapat dilakukan tentang ini sekarang, ini akan menjadi penyakit yang panjang." Pikirkan betapa tidak nyamannya kita, bagaimana segalanya menjadi semakin putus asa ketika kita menyadari bahwa kita akan mati. Pada hari terakhir hidup kita, kita hanya berbaring di tempat tidur, ketakutan, ketika tanda-tanda mengumpul, menyaksikan kehidupan surut. Tidak ada yang bisa kita lakukan: kita tidak memiliki kendali atas prosesnya. Kita makan makanan terakhir kita dan obat-obatan tidak memiliki kemampuan untuk membantu kita sama sekali. Segalanya menjadi semakin menyedihkan. Kita ingin berbicara namun kita tidak bisa, bibir kita kering. Kemampuan kita untuk melihat, mendengar, dan mencium berlalu, lalu kemampuan kita untuk bernapas berlalu dan kita meninggal begitu saja. Nama baik apa pun yang mungkin kita miliki selama hidup, sekarang berubah menjadi mendiang Tashi, atau mendiang Kunzang, atau apa pun.

Jadi, jika kita memikirkan keadaan kematian kita yang akan datang dan bagaimana hal itu akan terjadi, kita perlu memiliki keyakinan yang kuat bahwa hanya beberapa jenis laku spiritual yang dapat membantu ketika kematian datang. Laku spiritual yang paling efektif adalah mengembangkan dua bodhicita: nisbi dan terdalam. Jadi, dengan memikirkan bagaimana kematian dan ketidaktetapan akan datang, kita perlu memutuskan dengan sangat mantap bahwa kita akan mengembangkan bodhicita.

Karma: Sebab dan Akibat Perilaku

Pokok selanjutnya dalam persiapan adalah pembahasan karma: sebab dan akibat perilaku. Setelah kita mati, hanya ada dua arah yang bisa kita tuju, naik atau turun – ke keadaan kelahiran kembali yang lebih baik atau ke keadaan yang lebih buruk. Karena kesinambungan batin memiliki kesinambungan, ia pasti akan terlahir kembali, dan atas dasar kekuatan apa? Ini akan terjadi di bawah pengaruh karma; dengan kata lain, sebab yang telah dibangun.

Hukum Karma

Ada berbagai kutipan dari Karangan Mulia Nagarjuna tentang kepastian karma. Jika kita telah membangun kekuatan positif setelah melakukan tindakan konstruktif, satu-satunya hasil yang akan datang darinya adalah kebahagiaan. Jika kita telah melakukan tindakan destruktif dan membangun kekuatan negatif, satu-satunya kemungkinan yang bisa datang darinya adalah ketidakbahagiaan dan masalah. Ini adalah sesuatu yang pasti dan mutlak. Apapun jenis kekuatan karma yang telah kita bangun, hasilnya akan sesuai dengannya.

Pokok berikutnya adalah peningkatan pengaruh karma. Dari tindakan kecil saja, kita bisa mendapatkan hasil yang luar biasa. Dari tindakan positif bisa datang hasil yang bagus di sisi positif, dan dari tindakan destruktif bisa datang hasil yang sangat negatif. Sangat mungkin, dari tindakan negatif yang sangat kecil, bencana besar akan menyusul. Kita telah melihat hal ini dalam berbagai catatan tekstual, di mana seseorang mengatai seorang biksu dengan nama buruk seperti monyet atau keledai, dan sebagai hasilnya selama ratusan kehidupan ia terlahir kembali sebagai jenis hewan yang dikatainya pada biksu. Ini semua adalah contoh anasir peningkatan.

Ambil contoh benih tanaman yang sebenarnya. Jika itu adalah benih dari pohon atau tanaman obat, benih itu sendiri akan memiliki khasiat tersebut. Jika itu adalah benih tanaman beracun, benih itu sendiri akan beracun. Jadi, dari benih racun muncul tanaman racun, dan dari benih obat muncul tanaman obat. Demikian pula, sesuatu yang besar, seperti pohon ek, keluar dari biji kecil seperti biji ek. Ini adalah contoh yang tepat untuk karakteristik karma.

Seperti yang dikatakan Shantidewa dalam Ikhtisar Latihan-Latihan, “Jika sesuatu bermanfaat dalam jangka panjang tetapi merusak pada keadaan sekarang, itu layak dilakukan. Ini karena kita perlu memikirkan efek jangka panjangnya. Tetapi jika sesuatu hanya membantu dalam jangka pendek tetapi merusak dalam jangka panjang, maka itu adalah sesuatu yang tidak boleh kita lakukan.” Tentu saja, tidak perlu dibahas jika ada sesuatu yang berbahaya baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

Pikirkan contoh membunuh binatang karena keinginan atas dagingnya atau musuh karena marah. Dalam jangka pendek, kita akan merasa lega dan mungkin mendapatkan kebahagiaan sesaat. Tapi dalam jangka panjang, kita mungkin harus menghadapi konsekuensi pembunuhan. Sehingga ini pasti akan membawa banyak ketidakbahagiaan dan duka. Di sisi lain, jika kita melindungi dan menyelamatkan kehidupan beberapa makhluk yang akan dibunuh, ini hanya membawa kebahagiaan – dalam jangka panjang dan pendek. Dari benih yang kecil akan tumbuh pohon yang besar, demikian pula dari tindakan kecil akan membawa hasil yang besar. Jadi memang benar bahwa kebahagiaan atau duka yang besar bisa datang dari sebab-sebab kecil.

Berikut adalah kutipan yang menunjukkan bagaimana karma dan berbagai potensi berjalan bersama kita: “Seperti bayangan burung yang menyertainya kemanapun ia pergi, meskipun ia mungkin terbang sangat tinggi, dan bayangannya mungkin tidak jelas di tanah, ia selalu mengikuti burung itu. Ketika burung itu mendarat, bayangannya menjadi jelas.” Demikian pula, potensi karma yang telah kita bangun datang dan pergi bersama kita ke mana pun kita pergi, selama kelangsungan hidup kita. Meskipun mungkin tidak jelas sekarang bagaimana mereka matang; namun, pada suatu saat, seiring berjalannya waktu, potensi-potensi tersebut akan menjadi jelas kembali.

Mari kita pertimbangkan berbagai jenis tindakan yang mungkin kita ambil – katakanlah mengatai seseorang – yang menyebabkan orang lain tidak bahagia. Tidak ada yang suka dikatai, sehingga itu menyebabkan ketidakbahagiaan. Ini membangun dalam diri kita potensi negatif untuk tindakan destruktif lebih lanjut. Ini tidak akan hilang begitu saja. Intinya adalah karma tidak luruh: hanya masalah waktu sampai ia matang.

Ada beberapa kekuatan lawan yang dapat kita terapkan, dan metode yang berbeda dalam menghindari keharusan untuk mengalami konsekuensi negatif dari tindakan kita. Kita bisa melakukan tindakan membangun sebagai perlawanan. Ini adalah hal-hal yang kita bangun secara bertahap, bukan semata tindakan spektakuler memberikan tubuh kita dan hal-hal semacamnya. Seperti yang dikatakan dalam Memasuki Perilaku Bodhisattwa, kita harus memulai dengan cara yang sederhana dan membangun tindakan yang lebih luas. Jadi kita tidak perlu berkecil hati ketika membaca tentang tindakan para pahlawan spiritual yang agung, para bodhisattwa yang menyerahkan tubuh mereka dan sebagainya. Kita dapat memikirkan bagaimana mereka memulai, sama seperti kita, dengan melakukan tindakan positif kecil. Hal yang sama berlaku untuk melepaskan tindakan merusak dan kebiasaan menyimpang kita. Kita memulai dari yang kecil dan mengatasinya dengan membersihkan diri dari kebiasaan buruk, perlahan-lahan. Ini menyimpulkan pokok kita tentang bagaimana hasil meningkat relatif terhadap tindakan kita.

Pokok selanjutnya adalah, jika kita telah melakukan tindakan tertentu, kita akan bertemu dengan hasilnya, dan jika kita tidak melakukan tindakan tertentu, kita tidak akan bertemu dengan hasilnya. Jika kita tidak melakukan suatu tindakan, kita tidak akan menghadapi konsekuensinya, tidak peduli apakah hasilnya mungkin kebahagiaan atau ketidakbahagiaan. Kecuali kita telah mengumpulkan penyebabnya, kita tidak akan mengalami akibatnya. Dan, jika kita telah mengambil tindakan, itu tidak akan sia-sia. Apakah itu potensi positif atau negatif yang telah kita bangun, itu tidak akan matang sampai kita bertemu dengan keadaan yang akan menyebabkannya matang, dan untuk sementara tidak akan hilang begitu saja. Ini hanya masalah waktu sampai matang.

Pokok berikutnya memberitahu kita bagaimana, jika kita telah membangun potensi positif dari tindakan konstruktif dan kemudian menjadi sangat marah, itu akan menghancurkan dan sangat melemahkan kekuatan kekuatan positif itu. Jadi, kecuali jika terjadi sesuatu yang sepenuhnya menghancurkan kekuatan dari apa yang telah kita bangun, ketika keadaan ada di sekitar dan berkumpul, potensi yang telah kita kumpulkan akan matang, karena telah kita kumpulkan.

Keadaan eksternal saat ini dari orang-orang Tibet yang kehilangan negara mereka berhubungan dengan sebab-sebab batin. Akumulasi panjang tindakan destruktif telah menyebabkan kami kehilangan negara kami, hidup di pengasingan dan mengalami kesulitan. Ambil contoh situasi di Afrika, dengan kekeringan dan kelaparan yang luar biasa yang telah terjadi, atau jutaan orang terinfeksi dan meninggal karena virus. Ini berkaitan dengan pola karma di seluruh dunia, yang berasal dari berbagai kekuatan dalam kesinambungan batin berbagai manusia. Tentu saja, kita dapat memasukkan hewan, tetapi utamanya semuanya bertumpu pada potensi dalam kesinambungan batin manusia yang termasuk dalam kategori karma bersama, atau karma umum. Ini membawa perubahan dalam karma dunia dan menyebabkan peristiwa seperti kekeringan dan kelaparan yang luar biasa di Afrika.

Bahkan dalam situasi seperti itu, di mana ada bencana skala besar, kita menemukan bahwa ada beberapa individu yang bertahan dan tidak mengalami kesulitan yang luar biasa, dan ini berasal dari potensi dan karma individu mereka sendiri. Jadi, ketika kita mengalami situasi yang mengerikan, kita perlu memikirkan bagaimana ini akan terjadi sebagai akibat dari hal-hal yang telah kita lakukan di masa lalu, potensi yang telah kita bangun. Ketika kita berpikir seperti ini, cita kita bisa sedikit lebih rileks, tidak terlalu tegang dan gelisah akan situasi sulit yang mungkin kita hadapi.

Membangun Disiplin Batin

Kita kemudian dapat merenungkan, “Sama seperti sekarang di saat ini saya ingin kebahagiaan dan tidak menginginkan duka dan masalah, juga di masa depan saya akan terus memiliki sifat yang sama – saya tidak akan menginginkan masalah. Saya akan menginginkan kebahagiaan di masa depan juga; oleh karena itu saya sebaiknya bertindak sekarang.” Dengan cara berpikir seperti ini, kita tidak akan membutuhkan penjara, hukum perdata, dan polisi untuk mencegah kita menjadi orang yang tidak patuh. Kita akan menemukan bahwa rasa tanggung jawab kita sendiri, mengetahui bahwa kita harus menanggung akibat dari tindakan kita, akan menahan kita dari merampok dan menipu dan membunuh, dan mengambil jenis tindakan yang hanya akan membawa duka besar bagi kita di masa depan.

Jika kita memiliki disiplin batin, pembatasan dari luar tidak diperlukan. Masih banyak tempat di India di mana orang tidak perlu mengunci pintu mereka, dan jika ada pencurian, mereka merasa itu adalah aib bagi seluruh masyarakat karena disiplin batin mereka menahan diri dari kegiatan yang melanggar hukum seperti itu sangat berarti bagi mereka. Cara terbaik adalah dengan memiliki disiplin diri kita sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain untuk memeriksa tindakan kita. Jika kita melihat tempat-tempat di Barat, dengan pasukan polisi yang canggih dengan walkie-talkie dan segala macam peralatan elektronik, kita menemukan bahwa sepertinya semakin kuat kekuatan polisi di tempat-tempat seperti itu, semakin tinggi tingkat kejahatannya. Orang yang kurang disiplin batin tidak dicegah melakukan kejahatan. Jadi jelas bahwa pembatasan dan paksaan eksternal tidak mencegah seseorang melakukan kejahatan, tetapi kekuatan internal lah yang menyebabkan tindakan antisosial.

Orang Tiongkok sungguh harus bergantung pada penegakan hukum dan pengawasan aktivitas masyarakat. Namun, tanpa semangat dan kerjasama batin, sangat sulit untuk mewujudkan hukum dan ketertiban dalam suatu masyarakat. Tampaknya mencoba untuk membawa kendali melalui pasukan polisi dan sejenisnya menjadi penyebab lebih banyak pelanggaran sistem. Ini karena polisi dan sipir sendiri melakukan lebih banyak kejahatan. Jadi, sangat penting untuk menekankan rasa tanggung jawab batin kita sendiri atas tindakan kita, serta hasil akhir dari tindakan tersebut.

Bagian-Bagian Karma: Sepuluh Tindakan Merusak 

Di Lumbung Harta Pokok-Pokok Khusus Pengetahuan, ada berbagai bagian karma: karma yang dibangun dari tindakan raga, wicara, dan cita; perbuatan-perbuatan yang akibat-akibatnya pasti dialami dan yang tidak pasti. Ada hasil yang pasti akan dialami dalam kehidupan ini, atau dalam kehidupan kita berikutnya, atau selanjutnya, atau dalam kehidupan setelahnya. Ini adalah beberapa dari banyak pembagian dalam penyajian karma.

Meskipun ada banyak jenis perbuatan karma relatif terhadap jenis makhluk yang tak terbatas, semuanya dapat diringkas menjadi sepuluh yang utama. Ini mencakup tiga raga, empat wicara dan tiga cita. Ketika kita melihat kesepuluh ini dari sudut pandang tindakan negatif, ada sepuluh tindakan merusak, dan menahan diri untuk tidak melakukannya adalah sepuluh tindakan membangun. Sangatlah penting untuk memiliki keyakinan yang mantap pada hukum sebab dan akibat perilaku dan proses yang mengikutinya, dalam hal tindakan membangun dan merusak. Ini adalah salah satu pokok utama dalam ajaran Buddha.

Mari kita mengambil tindakan merusak dari pembunuhan. Itu terurai menjadi niat; pengenalan sasaran; sikap gelisah yang terlibat, seperti keinginan atau kemarahan; dan tindakan penyelesaian. Mengambil nyawa adalah salah satu hal terberat yang bisa kita lakukan. Bahkan seekor serangga kecil menghargai hidupnya lebih dari apapun. Kebanyakan orang Tibet, bahkan di masa kanak-kanak, mengatakan bahwa membunuh serangga kecil adalah sesuatu yang sangat buruk dan negatif. Meskipun anak kecil mungkin tidak tahu apa makna kata-kata ini, namun sejak kecil mereka tahu ungkapan, "Membunuh serangga kecil adalah hal yang buruk untuk dilakukan." Jadi, anak-anak kecil mengatakan hal-hal seperti itu adalah hal yang sangat baik.

Adapun membunuh hewan untuk diambil dagingnya, kita tentu harus menghindari memakan daging yang diperoleh dengan cara apapun selain menurut tata krama yang disebutkan dalam tiga pengakuan. Menurut aturan vinaya disiplin monastik, biksu dan biksuni yang sakit boleh makan daging jika disajikan kepada mereka, selama mereka memiliki tiga pengakuan berikut: mereka mengakui atau menyatakan bahwa (1) mereka belum melihat hewan itu dibunuh khusus untuk mereka, (2) mereka tidak mendengar bahwa hewan itu disembelih khusus untuk mereka, dan (3) mereka tidak ragu bahwa daging itu diperoleh dari hewan yang mati secara wajar atau dibeli dari pasar secara wajar. Kita tidak memerintahkan hewan untuk disembelih untuk kita, dengan sengaja. Di tempat di mana terdapat banyak sekali daging yang tersedia maka itu adalah satu hal, tetapi jika kita berada di tempat di mana daging tidak tersedia, atau jika kita berpikir itu mungkin dibunuh untuk keuntungan tertentu bagi kita, kita dapat mencoba untuk mengurangi asupan daging kita semampu kita. Sedangkan saya sendiri, pada tahun 1965, selama dua tahun saya berhenti makan daging sama sekali. Tetapi saya mengalami kesulitan dengan hepatitis dan tidak dapat menahan diri untuk tidak makan daging. Tetapi jika itu tidak mempengaruhi kesehatan kita, berhenti makan daging adalah yang terbaik.

Mencuri juga sangat negatif, seperti halnya perilaku seksual yang tidak pantas, seperti melakukan hubungan seksual dengan pasangan orang lain. Ini sangat merusak, terutama jika anak-anak terlahir darinya, menyebabkan banyak kerumitan. Kita perlu menghindari terlibat dalam jenis hubungan ini selain dengan pasangan kita sendiri.

Kemudian kita memiliki tindakan tutur kata negatif, yaitu berbohong, berbicara omongan yang memecah belah, bahasa kasar, dan obrolan kosong seperti gosip. Yang terakhir ini tidak tampak terlalu buruk, namun merusak reputasi dan sangat membuang waktu. Dan kemudian muncullah perbuatan cita negatif, yang meliputi menjadi tamak, memiliki cita jahat, dan cita antagonis yang menyimpang.

Berkenaan dengan ketamakan, ini sangat sulit untuk dikendalikan. Tetangga seseorang memiliki radio dan tape recorder yang bagus. Ia bertanya, “Oh, biarkan saya melihatnya sebentar saja,” dan kemudian mengembangkan keinginan yang luar biasa untuk memilikinya. Berpikir dengan niat buruk terhadap orang lain adalah cita jahat, seperti halnya jika kita tidak menyukai seseorang, dan saat ia berlalu, menimbulkan keinginan untuk ia tersandung dan jatuh. Pandangan menyimpang dan antagonis adalah mereka yang menolak apa yang sebenarnya ada dalam kenyataan dan merangkul mereka yang merupakan dasar dari apa yang tidak ada.

Misalnya, orang Tiongkok tidak menerima berbagai hal yang benar-benar ada dan sepenuhnya memiliki pandangan materialistis. Beberapa orang tidak menerima kesadaran, dan bahkan jika mereka menerimanya, mereka tidak menerima bahwa kesadaran memiliki kesinambungan di kehidupan lampau dan masa depan. Atas dasar itu, mereka mengingkari nilai perbuatan positif dan mengingkari adanya pembebasan dan sebagainya.

Adapun tindakan membangun, misalnya, ketika situasi nyata muncul di mana kita akan membunuh, dan pada saat itu kita memikirkan kerugiannya dan menahan diri dari sungguh melakukannya, itulah tindakan membangun yang sejati menahan diri dari pembunuhan. Tindakan membangun untuk menghentikan diri sendiri dari pembunuhan tidak umumnya muncul ketika tidak ada situasi di mana kita mungkin membunuh. Itu harus pada saat kita benar-benar bisa membunuh sesuatu dan muncul cita yang menghentikan kita dari melakukannya. Sepuluh tindakan membangun adalah jenis tindakan seperti itu.

Sehubungan dengan fitnah dan kebohongan, ada beberapa orang yang selalu suka berbohong atau hanya menambahkan beberapa kata. Namun bahkan walau kita tidak peduli dengan laku Dharma, kita perlu menjaga reputasi kita sendiri. Selain itu, penting untuk tidak menipu orang lain, sehingga sangat negatif untuk mengembangkan kebiasaan berbohong. Dalam hal ini, apa pun yang kita lakukan, sangat penting untuk berhati-hati dengan perilaku kita, menahan diri dan tenang, menjadi seseorang yang baik hati dan membantu orang lain. Lihat contoh semut dan lebah, dalam bahasa Inggris mereka disebut sebagai “serangga sosial” karena hidup dalam komunitas yang besar. Kita harus mengatakan bahwa manusia juga makhluk sosial. Kita hidup dalam masyarakat, dan oleh karena itu kita perlu memperhatikan orang lain.

Hewan sosial dan serangga, ketika dihadapkan dengan musuh eksternal, membela diri. Mereka memiliki hanya sedikit pertengkaran di antara mereka sendiri, dan ketika terjadi, mereka segera menyelesaikannya. Kita perlu mencoba mempraktikkan toleransi dari dalam, dan kemudian memperluasnya ke komunitas lain. Ketika kita semua harus bekerja dan hidup bersama, menipu dan membodohi satu sama lain tidak ada gunanya, bukan? Jika kita benar-benar mandiri, jika kita bisa hidup seperti kambing gunung yang tidak harus bergantung satu sama lain untuk bertahan hidup, maka itu akan menjadi hal yang sangat baik untuk dilakukan. Tapi, selama kita harus bergantung pada manusia lain untuk bantuan dan kebaikan, kita harus belajar bagaimana hidup bersama mereka. Kita perlu mempelajari cara hidup berdampingan secara damai.

Karena kita hidup dalam masyarakat dan semua orang menginginkan kebahagiaan, satu-satunya cara agar kita mendapatkan kebahagiaan adalah dengan bekerja sama, sehingga ada ikatan dan harmoni yang erat di antara semua orang. Di tempat di mana hal itu tidak ada, bahkan dalam keluarga, saat tidak ada ikatan dan harmoni yang erat, itu tidak akan berhasil. Ini menyebabkan banyak ketidakbahagiaan dan perselisihan. Jika semua orang harmonis, maka ada kemungkinan besar kebahagiaan datang ke seluruh kelompok.

Ini adalah kesalahan terburuk yang dilakukan komunis Tiongkok dalam menyebarkan keraguan dan kecurigaan antara kerabat, antara anak-anak dan orang tua, antara orang-orang. Di sinilah mereka gagal menyebarkan cita-cita ideal sosialisme dan komunisme. Orang Tiongkok benar-benar sangat menyedihkan. Mereka menyangkal agama; mereka menyangkal hal-hal lain sepenuhnya karena ketidaktahuan dan tidak tahu apa yang mereka lakukan. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak peduli dan tidak menghargai diri sendiri. Tetapi ketika pemerintah komunis mencoba membawa sosialisme dengan todongan senjata atau tongkat, itu menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki rasa hormat atau perhatian terhadap individu dan hanya sedikit perhatian tulus terhadap orang lain. Jadi bagaimana mereka bisa mencapai tujuannya?

Penting untuk benar-benar melakukan pembelajaran dan penyelidikan yang cermat tentang sebab dan akibat perilaku. Ada banyak orang terpelajar di sini, geshe dan lainnya, yang terlibat dalam hal ini. Mereka dapat memiliki minat yang besar dan menyelidiki apa hubungan antara unsur luar dan unsur dalam, proses luar sebab dan akibat dan proses dalam sebab dan akibat. Semua ini harus diselidiki dengan sangat hati-hati. Ini melengkapi pembahasan kita tentang sebab dan akibat perilaku.

Kekurangan Samsara

Sekarang, persiapan keempat adalah tentang duka atau masalah samsara, kelahiran kembali yang berulang tanpa bisa dikendalikan. Dari dua jenis duka, yaitu kelas individu dari bentuk kehidupan dan duka umum, ini mengacu pada pengalaman duka secara umum. Ini dapat dibagi menjadi enam jenis duka dan masalah.

Pokok pertama adalah tidak adanya kepastian dalam samsara. Status kita selalu bisa berubah. Kita memiliki kehidupan yang tak terbatas dan teman-teman dari kehidupan lampau akan berubah menjadi musuh dalam kehidupan ini, dan musuh dari kehidupan lampau akan menjadi teman di kehidupan ini. Kita dapat melihat hal yang sama terjadi dalam satu kehidupan juga. Sehingga kita perlu berpikir tentang mereka yang baik dan mereka yang jahat terhadap kita, dan mengamati bagaimana kita melabeli mereka sebagai teman dan musuh atas dasar itu. Tidak ada kepastian bahwa seseorang akan bertindak baik atau jahat terhadap kita – itu bisa berubah. Ini sangat mudah dilihat ketika seseorang yang kita sebut teman tersayang kita mengatakan sesuatu kepada kita dan, atas dasar itu, perasaan kita tentang orang itu berubah cukup cepat. Pertama, kita memiliki keraguan tentang perasaan mereka sebenarnya, dan kemudian kita mulai memiliki segala macam prasangka tentang orang itu. Sangat cepat, orang ini berubah menjadi musuh yang mungkin kita benci. Jadi kita perlu menyadari bahwa tidak ada seorang pun yang merupakan teman mutlak atau musuh mutlak yang akan selalu berada dalam kategori itu.

Pokok selanjutnya adalah tidak ada kepuasan dalam samsara. Salah satu buah terindah yang bisa kita miliki adalah kepuasan atau ketenteraman. Tapi itu sangat jarang. Seseorang dapat memiliki sejumlah besar uang atau kekayaan materi, tetapi jika dalam cita mereka tidak puas dengan itu, mereka mengalami jenis duka yang sama seolah-olah mereka miskin. Tidak peduli berapa banyak yang mereka miliki, dalam cita mereka mereka miskin dan mereka menderita.

Kita juga perlu memikirkan berbagai kehidupan dan tubuh yang kita miliki. Pikirkan jika kita memiliki kehidupan manusia sepanjang waktu, dari zaman Buddha sampai sekarang, berapa banyak tubuh yang akan kita ambil? Ketika kita pikirkan, kita dilahirkan, kita mencoba mengumpulkan sejumlah besar harta benda, kita mati; kemudian kita dilahirkan kembali, kita mengumpulkan lebih banyak hal, kita mati lagi; kita dilahirkan, mengumpulkan lebih banyak hal, kembali mati lagi. Hanya seperti itu terus dan terus dan terus. Jika kita memikirkan semua susu yang telah kita minum, lautan tidak cukup besar untuk menampung semuanya. Jika kita berusia lima puluh tahun, coba bayangkan semua makanan yang akan kita makan selama lima puluh tahun tersebut – mungkin cukup untuk memenuhi kuil ini. Dan semuanya telah keluar sebagai kotoran. Berapa banyak pula kotoran yang Anda keluarkan dalam hidup ini?

Jika kita belum bisa memanfaatkan keberadaan ini, maka itu seperti memboroskan energi dan gigi kita, dan kita telah secara sia-sia menyebabkan banyak rasa sakit pada rahang kita, mengunyah sesuatu. Jadi Anda lihat, cukup penting untuk mencoba melihat kenyataan sebenarnya dari situasi hidup yang kita jalani, karena ketika kita tidak menyadari kenyataan itu menyebabkan banyak masalah. Jika kita dilahirkan ke dalam kehidupan ini sebagai babi, sifat baik apa yang mereka miliki? Mereka mengatakan babi dilahirkan untuk disembelih, dan ini tampaknya cukup benar. Bahkan jika tidak disembelih, mungkin ada gunanya menyimpannya untuk kesenangan, tetapi apa yang dapat dilakukan dengan babi, atau anak babi? Tidak ada keindahan dalam bentuknya, mereka sangat kotor, dan itu sangat menyedihkan. Ketika orang melihat anak anjing atau anak kucing kecil, mereka berkata, "Oh, betapa lucunya!" Tetapi ketika mereka melihat babi kecil memakan sampah dan kotoran, mereka tidak berkata, “Betapa lucunya!” Mereka hanya memegang hidung mereka. Jadi jika kita tidak memanfaatkan hidup kita, dan hanya menghabiskan hidup kita dengan memakan banyak sekali sampah seperti babi, makanan atau apa pun, apa gunanya semua yang telah kita lakukan? Dan kita telah melakukan ini selama kehidupan tanpa awal.

Lihatlah setiap kali orang Tibet berperang dengan Tiongkok. Kadang-kadang orang Tibet menangkap orang Tiongkok, mengikat rambut mereka, dan duduk di atasnya. Mereka juga menggunakan banyak cara penyiksaan brutal lainnya. Ini ada di buku sejarah. Jika kita melihat beberapa kisah masa lalu, kita dapat menemukan beberapa hal menakjubkan dan mengerikan yang terjadi.

Dalam kumpulan karya Dalai Lama Kelima, kita menemukan kisah seorang pelayan khusus Dalai Lama Pertama yang terlahir kembali sebagai seekor burung. Jika kita dapat mempercayai beberapa kisah, orang ini kemudian dilahirkan kembali sebagai guru yang sangat agung Suchicho melalui kelahiran kembali yang berbeda. Jadi, dari contoh jenis ini kita dapat melihat bahwa kita telah dilahirkan di sana-sini, dalam semua jenis situasi, seperti halnya dalam permainan anak-anak, mendarat di tempat yang berbeda di papan. Atau, seperti dalam berjudi dengan dadu, lemparan yang berbeda muncul dan kita terus-menerus terlahir akibat kekuatan kekeliuran dan karma kita.

Jika situasi ini seperti tanaman atau pohon di ladang – kita memotongnya dan itu tumbuh, kita memotongnya dan itu tumbuh – tidak ada gunanya. Tidak ada yang bisa dilakukan pohon itu, kecuali terus-menerus tumbuh dan ditebang, tumbuh dan ditebang. Sedangkan di sini dalam kasus kita, sesuatu dapat memengaruhinya karena situasi kelahiran kembali kita yang berubah berada di bawah pengaruh kesinambungan batin kita dan kesinambungan batin berada di bawah pengaruh berbagai impuls dan potensi karma yang terbentuk di dalamnya. Jadi kita sungguh dapat bertindak untuk mengubah potensi untuk mematahkan polanya. Kita bukan boneka semata.

Kita telah mengambil banyak jenis kelahiran kembali yang berbeda, tetapi berapa kali kita benar-benar dapat mengambil esensi dari kelahiran kembali yang bermakna dan membuatnya berharga; dan berapa banyak nyawa yang telah kita sia-siakan? Jutaan dan miliaran kelahiran kembali yang kita alami tanpa memanfaatkannya – ini sungguh menyedihkan. Kita perlu memikirkan bagaimana kita telah mendiami tubuh yang tak terhitung jumlahnya, namun sampai sekarang kita tidak pernah benar memanfaatkannya, dan dengan cara ini kita perlu mengembangkan perasaan jijik dengan diri kita sendiri.

Dilahirkan berulang kali, tanpa kelonggaran, mengambil tubuh yang tak terhitung jumlahnya, baik dan buruk, lagi dan lagi – mencoba memahami putaran kelahiran tanpa akhir ini, merenungkannya, dapat menjadi dasar untuk mengembangkan penyerahan keduniawian, tekad untuk bebas dari siklus kelahiran dan kematian yang berulang yang tak dapat dikendalikan.

Pokok berikutnya menyangkut bagaimana orang bisa kehilangan status mereka dan berpindah dari tinggi ke rendah, atau rendah ke tinggi. Makhluk yang terlahir sebagai manusia bisa menjadi penguasa besar, pejabat tinggi dan lain sebagainya. Kemudian, karena keadaan, mereka jatuh menjadi budak. Atau makhluk yang terlahir sebagai dewa bisa jatuh ke alam yang lebih buruk. Kita bisa melihat dengan sangat jelas dari contoh orang-orang di sekitar kita bagaimana seseorang bisa jatuh dari tinggi ke rendah, atau bisa naik dari rendah ke tinggi. Jadi kita perlu melihat diri kita sendiri dan mempertimbangkan situasi kita: kita memiliki landasan kerja tubuh dengan status kelahiran kembali yang lebih tinggi, dan dari status kelahiran kembali yang lebih tinggi sebagai manusia atau dewa, kita memiliki kelahiran kembali sebagai manusia, yang merupakan hal terbaik.

Top